Tentang Kerinduan

Demi malam ketika rasa sepi memagut resah bintang pada bulan
Biarkan lelaki ini terus memanggil manggil di kejauhan langit
Menatap kosong penuh peluh dengan hembus nafas tersesak
Dan menggigil dingin tersapu angin bersahutan dalam rinai hujan

Baru beberapa saat rasanya senja berarak tak kian berpamitan
Fajar tak juga membawa embun pada belaian pagi
Dan baru saja kemaren dekapan terasa hangat
Menyentuh pucuk – pucuk asmara
Merengkuhku dalam genggaman cintamu

Semakin hari pun sendu mengikis waktu di perasingan langkah
Merantai tangan dengan duri keindahan mawar yang tak terjamah
Lalu memenjarakan jiwa dalam gelora kerinduan yang bersenandung

Aku lelah mencumbui kerinduan ini, sayank…
Seringnya aku lewatkan lelap mengurai benang harap
Agar engkau lekas kembali saat aku terjaga
Namun ….
Aku hanya punya bekal mimpi semalam darimu
Untuk aku slalu simpan di perjalanan siang hingga petangku
Dalam penantianmu, sayank…

Ingin aku gulir waktu
Agar segera aku mengusap wajahmu; membelaimu
Membiarkanmu bersandar di dadaku
Mengurai resah dan gelisah oleh kusamnya waktu
Berbagi kasih dan cinta yang membelah jiwa kita
Merasai desah nafas dan detak jantungmu

Lalu aku bisikan perlahan di telingamu
Keindahan teratai yang tumbuh di tengah danau jiwa kita
Juga bahagia hari esok yang ingin kita lewati
Tentang cita-cita dan impian
Tentang besarnya cintaku untukmu

Ah kekasih, betapa aku tak bisa jauh darimu…

Untuk Yang Abadi Atau Yang Hilang

untuk yang abadi, apakah akan kekal ?
tiada selama hujan itu masih membawa gerimis
embun masih meneteskan di dedaunan rerumputan
dan masih akan membawa karam ;
jiwa telah tenggelam, hanyut tertealan

bila yang hilang adalah yang kekal
tak abadi sekian waktu mengikis
di persembunyian terang maupun gelap
dalam ruang pengap harapan berlabuh
untuk langkah dahulu yang semakin terhapus

antara yang abadi dan yang hilang
singgasanaku di dasar perhentian rintih
rapuh persendian luluh jiwa memecah
tak ada yang akan mmapu, yang bisa
mengurai laraku

untuk yang abadi atau yang hilang
cintamu yang hilang akan abadi untukku, kekasih

Puisi Yang Tumbang

seperti mimpi …
belum sampai waktunya, dan mengigau
parau melengking dari dasar kekosongan, tanpa nada
suara – suara rayuan yang menggoda malam
penuh asmara yang hampa; karena aku hilang
aku terkikis kenangan dan ingatan

tertunduk. sepi dan sendiri
menanti. menanti. menanti ….
sepanjang hiruk pikuk kegundahan
tak juga mereda, tak surut tersapu lengah
masih sisa air ini dalam secangkir cinta;
menyiksa dalam kemabukan

yang lalu inginkan berlalu laju
tinggalkan pergi,hilang titipkan ratapan
sedang angin membawaku bertepi
semakin menepi jiwa yang kalut terenggut
segalanya menahan. menahan. menahan sembilu

dan…
hingga sampai tiba nanti
aku ingin tetap seperti ini

Tugu muda malam hari

kali in aku berada di krumunan
di gemerlap lampu tepian jalan kota
di depan dua gedung tua, di tengah hiruk pikuk
tegak aku sandarkan penatku di bawah batu prasasti silam

terlalu sunyi bahasa senyapku membaca
sekitar terasa asing ingatku terkenang
disini, dahan cemara mengering seperti ruhku

tempat ini telah tunjukan fakta, bukan paradigma semata
disinilah dulu pernah hati saling bercermin bersama
dan, rayu canda terdengar di sebelah
buatku iri pada masa dan waktu dulu, yang telah berlalu
di tugu muda malam hari

Resah Tentangmu, Disana

ada apakah kekasih?
sehingga sepi jerati berjubal lusuh jiwa
sedang kita telah terbentang jarak
antara mimpi dan terjaga, pun aku menahan

tak usai kugambar pucat membiru senduku
justru semakin teriakku, gejolak yang meresah
tak jelas, tak seperti adanya pagi meresapi senyum rerumputan;
mengembun

kekasih, silamku yang pudar …..
masihkah kan aku pantas jika?
pintaku pada restu langit, pada bintang
agar waktu masih memberiku kesempatan
untuk kembali menemuimu….
sekedar menanyakan tentangmu, kekasih
karena malam pekatku ini, aku khawatir padamu

Sajak Rindu

Pernahkah kau bayangkan
Rangkaian mimpi yang kupahat di temaram langit
Adalah wujud rinduku yang luruh dalam hening
Dan tenggelam dalam kerik jengkerik di beranda

Pernahkah kau bayangkan
Disetiap rentang waktu yang riuh
dimana kurekat erat binar matamu
Selalu kutitipkan harap disana
Dalam desau angin dan desir gerimis senja

Pernahkah kau bayangkan
Pada kelopak mawar disudut taman
Dan jernih embun yang menitik diatasnya
Kusimpan gigil gairahku yang membara padamu
Disetiap tarikan nafas
saat kulukis paras purnamamu di kanvas hatiku

Malam Pengantin

Biarkan degup jantung kita berpadu
Dalam hasrat menyala, yang sudah tersimpan rapi
Sejak cinta kita tumbuh pada awalnya
bagai matahari pagi terbit mendaki bukit demi bukit
Hingga kupasangkan cincin perkawinan
Sebagai tambatan akhir pengembaraanku

Biarkan rindu kita luluh bersama malam
Dalam lembut cahaya bulan dan kerlip kunang-kunang
Lalu perlahan membakar kedua sukma kita
Diatas ranjang peraduan beraroma kenanga
Kemudian terbang menyusuri awan
Hingga kaki langit tempat segala kenangan tentang kita
bersemayam abadi sepanjang musim

Biarkan bintang mendelik cemburu
Pada gelora cinta kita yang membias hingga batas cakrawala
Lalu berpendar indah di seantero angkasa
Dan menepis segala kesangsian
Bahwa Biduk yang kita kayuh berdua
Akan mampu meredakan sejuta badai

Tentang Kehilangan, Tentang Pengorbanan

Ceritakan padaku tentang pedihnya sebuah kehilangan
Yang terbang diatas awan senja merah saga
Dan menyisakan ngilu menikam didada
Dalam derap waktu yang bergegas
Agar segera kubaluri hatimu
Dengan sejuk bening embun
Dan tulus cintaku

Ceritakan padaku tentang perihnya sebuah pengorbanan
Yang membakar habis segenap asamu
Dan meninggalkan sepotong lara mengendap di dasar kalbu
Agar kubuatkan untukmu
Rumah diatas awan
tepat dipuncak larik pelangi
Yang kubangun dari setiap desir rindu dan
Khayalan merangkai impian bersamamu
Dari bilik hatiku, yang senantiasa percaya
Kebahagiaan kita adalah
keniscayaan tak terlerai

Pada Saatnya

Pada Saatnya,
Ketika musim berganti
Dan gugusan mendung yang ranum
Menitikkan tetes hujan pertama
Biduk yang kukayuh akan merapat ke dermagamu
Menyibak kabut keraguan
Lalu mendamparkan hasrat yang hangat dibakar rindu

Pada Saatnya,
Di ujung perjalanan
Akan kubingkai binar matamu
Bersama gelegak gairah jiwaku
Menjadi lukisan indah di lekuk cakrawala
Dalam leleh cahaya bulan melumuri langit
ditingkah semilir angin laut dan tarian ombak
membelai lembut kristal pasir pantai

Pada Saatnya,
Akan kubuatmu terjaga dari lelap tidur
lalu bersama merajut impian yang tak segera usai,
Dalam genangan cinta dipalung kalbu
Dan getar cumbu tak berkesudahan

Hujan Dan Airmata

Hujan,
deras sederas airmata
dingin sedingin hati yang sepi….
Petir menggelegar
ingin kuteriakan namamu…
Kamu yang kucinta
kini juga kubenci…
Hujan,
bersihkan debu di udara
akankah airmata bersihkan
luka dalam hatiku ?

Untukmu Terkasih

Mungkin ini salahku
Ku tak pernah jujur pada persaanku
Ku tak pernah menghiraukanmu
Ku selalu berusaha acuh padamu

Ku tak jujur padamu
Saat kau tanyakan
Cintakah kau padaku..???

Kini kau telah pergi
Meninggalkanku sendiri
Menyisakan beribu kenangan dihati

Aku disini tanpamu
Mengharapkan cintamu
Meski kau takkan pernah kumiliki
Kau kan selalu terkenang dihati

Kamu

Mengenal Mu adalah sebuah Anugerah
Bersama Mu Membuat Aku Merasa Nyaman
Di dekat Mu Aku Merasa Tenang
Setiap Detik Setiap Saat Aku Ingin Bersama Mu
Tiada Hari Yang Istimewa Selain Bersama Dengan Mu
Hanya Satu Pinta Ku pada Mu
Aku Ingin Selalu Bisa Melihat Mu
Melihat Wajah Mu
Melihat Senyum Mu
Melihat Tawa Mu
Aku Ingin Kamu Slalu Ada Di Samping Ku
Dalam Suka Atau Pun Duka
Melewati Hari Demi Hari Berdua Dengan Mu
HANYA DENGAN MU

Nada-nada Bunga Zaitun

Jika semua sudah di akhir
kujalani bimbang sendiri
kautinggal tanpa sisipkannya padaku
tapi kaubongkar lagi ingatanku

Saat-saat itu berhenti sendirinya
senyum, tawa, canda,
kau melenggang tatapmu bebas
sosok rautmu tegar berbinar.

Namun...
Kini nada-nada bunga zaitun mekar
iringan jalan yang berlalu
tak sampai hati aku menarikmu
kembali ke masa lalu.

Perahu itu

Saat, keinginan berlayar tak tertahan
Kubawa hati mengarungi samudera nan terbungkus awan
Indah, seindah rasa menyelimuti harapan
Tentang asa, cita-cita dan masa depan

Kupenuhi perahu dengan segumpal CINTA
Kugantungi secercah cahaya sebagai penyerta
Kuhiasi dinding-dindingya dengan rindu yang sejuta
Kukayuh sesekali dengan cemburu dan air mata

Dan....
Ketika perahu terlalu sarat akan beban
Ketika terbentuk hasrat memiliki perahu tambahan
Ketika aku tak sanggup mengayuh sendirian

Aku tergulung ombak demikian kencang
Terguncang keras menerpa bebatuan karang
Meninggalkan cerita tentang harapan, terbuang
Mengikis gumpalan CINTA yang terlanjur memberi terang

Aku tenggelam
Perahuku karam

Yang Terpendam

Saat...
Kudengar lagi suaranya
Hanya bahagia memenuhi isi dada
Karna, kita bisa jalan berdua

Ketika...
Kau genggam erat tanganku
Melangkah dalam diam dan ragu
Aku hanya bisa tergugu, serba kelu

Bicaralah,...
Aku hanya bisa menjaga sisi hati
Agar kita bisa semakin dekat berdiri
Dalam bisu, tanpa ada kata ..mengiringi

Ah...bicaralah
Agar yang terpendam sejak lama
Bisa mengikat hati kita
Dalam CINTA

Penantian Tiada Arti

matahari menyinari kamar ini
ku dengar kokok ayam menyambut pagi
setiap hari selalu begini
menanti dan menanti lagi

ku matikan televisi ku
ku benahi ranjang kecil ku
ku tata ruang kamar ku
ku buang sampah makanan ku

ku pergi ke kamar mandi
membersihkan diri ini
juga menggosok gigi
tak lupa ku makan pagi

menanti kehadiranmu ke sini
mungkin kah itu hanya mimpi
atau hanya harapan yg dingin
yg tak kan pernah ku miliki

telpon dari mu cukup membuat ku tersenyum
tersenyum kagum melihat kau peduli thd ku
walau sedetik aku mendengarkan suaramu
cukup untuk senyum 1 menit ku

ku hanya berharap
semoga kau sehat-sehat saja
krn ku membutuhkan perhatian mu
krn ku sayang kepada mu

Cukup

tak perlu lagi kau bertanya, apakah aku bosan padamu
juga tak perlu kau baca buku-buku kuno tentang cinta
cukup kau diam saja
dan ijinkan aku melihat jauh ke dalam sorot matamu
hingga kau mulai memejamkannya

Cinta Itu

Cinta itu hutan
meneduhkan, cantik tapi kadang kita tersesat di dalamnya
Cinta itu matahari
panas membakar tapi ia berguna
Cinta itu hujan
selalu kita berlari agar tak terguyur tapi selalu kita kenang saat kemarau menyerang
cinta itu awan
kadang berarak beriringan kadang hilang tak tahu kemana
cinta itu kamu
kadang menyebalkan tapi juga kurindukan

Buatmu

Puisi ini pasti buatmu
baitnya bicara tentangmu
ceritanya merangkai kisahmu yang kau tebar di langit malam
hurufnya menyusun kata cinta untukmu
terangkai dari huruf-huruf yang terbentuk di hatiku

tentu saja tak perlu ada namamu
disana
Toh, nyatanya puisi untukmu

Namamu

Apa yang kau sebut nama itu adalah kumpulan huruf-huruf yang terpahat pada kertas putih dan menancapkan gemanya hingga jauh ke lubuk hati. Lalu ketika nama itu tersebut membuat hati menjadi berdegup kencang dan hati bergetar.

atau nama yang kamu maksud itu adalah kumpulan rasa yang kita identifikasikan lalu saat ia tak perlu disebut karena menyatu dalam rasa.

yang mana kau sebut nama, antara CINTA dan DIRIMU. Bukankah saat cinta menjelma maka namamu bukan lagi DIRIMU tapi bermetamorfosa menjadi CINTA, sehingga aku cukup memanggilmu CINTA, dan tak perlu lagi memanggil namamu.

Masih

Setiap kali puisi tak tercipta
selalu ada tanya
masihkah cinta itu ada?

Padahal puisi tak selalu kata
puisi bisa menjelma menjadi laku
bahkan walau hanya sekedar tarikan nafas

Puisi adalah semesta luas
tidak tertutup oleh jaring-jaring kata
tidak terpenjara oleh terali-terali makna
puisi itu hidup di hati kita
dan nafasnya selalu menghembuskan cinta