Moodness of the night

Dentingdenting yang berbunyi
Dari dinding kamarku
Sadarkan diriku dari lamunan panjang
Tak terasa malam kini semakin larut
Ku masih terjaga
Sayang kau di mana aku ingin bersama
Aku butuh semua untuk tepiskan rindu
Mungkinkah kau di sana merasa yang sama
Seperti diriku di malam ini
Rintik gerimis mengundang
Kekasih di malam

Ada apa dengan Cinta

Satu masa telah terlewati
Benci dan rindu merasuk di kalbu
Ada apa dengan cintaku
Sulit untuk aku ungkap semua
Jangan pernah bibir tertutup
Bicarakan semua yang kau rasakan
Cinta itu kita yang rasa
Bila sengsara hati kan merana
Wahai pujangga cinta
Biar membelai indah
Telaga di kalbuku
Jujurlah pada hatimu
Ada apa dengan cinta

Elemen Dalam Duniaku

Hadirmu bagai angin
Yang datang tuk segarkan hari-hariku
Namun datang tuk sekejap saja.
Hadirmu bagai air
Datang tuk melegakanku
Lalu kau mengalir kembali & meninggalkan aku.
Hadirmu bagai tanah

Yang menyuburkan ladang keceriaan di hatiku Kemudian banjir datang & membawanya pergi.
Dan hadirmu bagai api
Yang mencairkan hatiku yang tlah membeku Kemudian hujan datang tuk padamkanmu
Ku adalah bumi,
dengan kau sebagai elemen yg mengisi duniaku…

Anugerah dan Siksa

Ingin menjadi berarti
Menghilangkan semua yang terindah
Selanjutnya terdiam diantara daun2
Angin yang berhembus menerbangkan putik2 sari yag masak
Akankah menjadi berarti?


Segala telah menjelma
Mungkin merubah dirinya menjadi sesuatu yang berharga
Yang dapat terlihat langit
Namun dapat ditemukan di dasar laut
Sebenarnya ingin menjadi apakah ini?

Biarlah..
Aku menjadi segumpal debu yang akan tertiup oleh siulanmu
Atau oleh tawamu
Semua ini Anugrahkah, atau Siksa??

Bisakah . . . ?

Bisakah aku dengar suara ini?
Meskipun kau tutup semua celah,
Biarpun kau halangi dengan tembok2 besimu yang kokoh,
Walaupun kau sembunyi dalam ketegaran yang kian melemah?

Bisakah kau merasakannya?
Tangisan dari seorang durjana,
Teriakan dari seorang pendosa,
Kesakitan dari seorang yang mencinta?

Bisakah kau kembali?
Setelah meninggalkan tempatmu terlalu jauh,
Setelah kau temukan sesuatu yang membuatmu tersenyum,
Atau ketika kau mengerti arti bahagia?

Bisakah aku melihatmu?
Ketika kau dudk di depan teras rumahmu,
Menggenggam segelas air,
Keika kau pupuk mawar itu,
Dan ketika kau kesakitan karena tertusuk durinya?

Bisakah aku terus tegar?
Dengan hanya melihatmu tersenyum,
Mendengar tawamu yang kian lepas,
Mengikuti langkahmu menuju bahagiamu?

Bisakah aku bertahan?
Tanpa senyum yang kau berikan,
Tanpa sapa yang kau ucapkan,
Tanpa mengetahui arti kelemahanku,
Tanpa tahu kau membenciku?

Bisakah aku terus berusaha mencarimu?