Puisi Yang Tumbang

seperti mimpi …
belum sampai waktunya, dan mengigau
parau melengking dari dasar kekosongan, tanpa nada
suara – suara rayuan yang menggoda malam
penuh asmara yang hampa; karena aku hilang
aku terkikis kenangan dan ingatan

tertunduk. sepi dan sendiri
menanti. menanti. menanti ….
sepanjang hiruk pikuk kegundahan
tak juga mereda, tak surut tersapu lengah
masih sisa air ini dalam secangkir cinta;
menyiksa dalam kemabukan

yang lalu inginkan berlalu laju
tinggalkan pergi,hilang titipkan ratapan
sedang angin membawaku bertepi
semakin menepi jiwa yang kalut terenggut
segalanya menahan. menahan. menahan sembilu

dan…
hingga sampai tiba nanti
aku ingin tetap seperti ini

Tugu muda malam hari

kali in aku berada di krumunan
di gemerlap lampu tepian jalan kota
di depan dua gedung tua, di tengah hiruk pikuk
tegak aku sandarkan penatku di bawah batu prasasti silam

terlalu sunyi bahasa senyapku membaca
sekitar terasa asing ingatku terkenang
disini, dahan cemara mengering seperti ruhku

tempat ini telah tunjukan fakta, bukan paradigma semata
disinilah dulu pernah hati saling bercermin bersama
dan, rayu canda terdengar di sebelah
buatku iri pada masa dan waktu dulu, yang telah berlalu
di tugu muda malam hari

Resah Tentangmu, Disana

ada apakah kekasih?
sehingga sepi jerati berjubal lusuh jiwa
sedang kita telah terbentang jarak
antara mimpi dan terjaga, pun aku menahan

tak usai kugambar pucat membiru senduku
justru semakin teriakku, gejolak yang meresah
tak jelas, tak seperti adanya pagi meresapi senyum rerumputan;
mengembun

kekasih, silamku yang pudar …..
masihkah kan aku pantas jika?
pintaku pada restu langit, pada bintang
agar waktu masih memberiku kesempatan
untuk kembali menemuimu….
sekedar menanyakan tentangmu, kekasih
karena malam pekatku ini, aku khawatir padamu

Sajak Rindu

Pernahkah kau bayangkan
Rangkaian mimpi yang kupahat di temaram langit
Adalah wujud rinduku yang luruh dalam hening
Dan tenggelam dalam kerik jengkerik di beranda

Pernahkah kau bayangkan
Disetiap rentang waktu yang riuh
dimana kurekat erat binar matamu
Selalu kutitipkan harap disana
Dalam desau angin dan desir gerimis senja

Pernahkah kau bayangkan
Pada kelopak mawar disudut taman
Dan jernih embun yang menitik diatasnya
Kusimpan gigil gairahku yang membara padamu
Disetiap tarikan nafas
saat kulukis paras purnamamu di kanvas hatiku

Malam Pengantin

Biarkan degup jantung kita berpadu
Dalam hasrat menyala, yang sudah tersimpan rapi
Sejak cinta kita tumbuh pada awalnya
bagai matahari pagi terbit mendaki bukit demi bukit
Hingga kupasangkan cincin perkawinan
Sebagai tambatan akhir pengembaraanku

Biarkan rindu kita luluh bersama malam
Dalam lembut cahaya bulan dan kerlip kunang-kunang
Lalu perlahan membakar kedua sukma kita
Diatas ranjang peraduan beraroma kenanga
Kemudian terbang menyusuri awan
Hingga kaki langit tempat segala kenangan tentang kita
bersemayam abadi sepanjang musim

Biarkan bintang mendelik cemburu
Pada gelora cinta kita yang membias hingga batas cakrawala
Lalu berpendar indah di seantero angkasa
Dan menepis segala kesangsian
Bahwa Biduk yang kita kayuh berdua
Akan mampu meredakan sejuta badai