Bulan Di Air

Sahabat...
Pada suatu ketika kita beriringan berbual mesra
Berbicara soal impian dan harapan
Berlagu melodi riang dan ceria
Menangisi perit dan derita

Bersama, kita mengejar dan menggapai bintang di langit
Yang tidak pasti akan menjadi milik kita
Walaupun ia tidak tergapai
Kita masih memegang utuh tali impian
Agar tidak terlepas dari genggaman

Perjalanan kita masih jauh
Menjadi harapan keluarga, nusa dan bangsa
Pernah kita mencipta impian untuk menggapai kejora bersama
Melangkah ke arah kejayaan bersama
Menghadapi rintangan yang datang
Pernah juga kita berbicara soal cinta
Soal pasangan igauan
Bagaimana menempuh alam dewasa
Yang tenyata cukup berliku

Andai kita tersungkur layu
Masih diharap sokongan bersama
Agar kembali berdiri teguh

Kita umpama pohonan kayu
Bersaingan mencambah daun menghijau
Mengharap sinaran cahaya
Namun masih berkait lengan
Menuju ke puncak bersama

Kini impian yang dahulunya bagai bulan dan bintang
Kian terdampar di lelangit bumi
Tali yang digenggami kian longgar
Menunggu waktu dilepaskan
Pohonan kayu yang utuh kian rapuh
Tiada lagi bualan mesra, impian dan harapan, melodi ceria atau tangisan derita
Semuanya lenyap...bagai bulan di air...


Hujan

Dulu
Aku selalu duduk di serambi hatimu
Menunggu saat kau datang
Membawa sekeranjang angan indah
Untuk kurangkai
Membunuh sepi dan sedih

Aku selalu berdiri membilang hari
Menunggu putaran itu berhenti
Rindu untukmu hampir menggunung
Hingga aku bingung
Kemana harus kubuang rindu ini?
Lalu kuambil sepotong rembulan untukmu
Kuletakkan tepat disampingmu
Agar kau bisa membisikkan kata rindu untukku

Saat ku papah matahari
Yang sarat mengusung jutaan sakit
Bintang pula membuka percakapan
Tentang cinta tertunda
Tentang duka nestapa
Tentang segala di dunia
Yang sering mengundang sejuta resah

Saat aku mengusir kegelisahan didada
Giliran ribut menghias malammu
Bulan dan bintang harus diam

Walau aku takut barangkali
Kerana,
Tak lama lagi titik hujan
Bakal membeku dimataku

Kasihan....kau hujan
Kau beri pengkhianatan sejak pertama cinta terbaca
Dan kini mencuba tenangkan segala prasangka

Sejak itu
Aku belajar tak sekadar memaknai benci
Tapi,
tiada lagi bintang di sini
tiada lagi kau atau aku.


Pasti Bertemu Lagi

Meriahnya malam ini dengan kehadiranmu
Tidakkan ku lepas kau pergi tanpa ucapan selamat tinggal

Kita bertemu di hening pagi
Kau hulurkan senyum manismu sebagai salam perkenalan
Kau suakan santun katamu berbicara
Mulanya sukar untukku menerimamu
Namun kemesraanmu meluntur hatiku
Perpisahan kita di pagi itu tanpa kata yang pasti

Adakah akan bertemu lagi?
Yang pasti hatiku telah kau curi
Betapa segarnya perasaan itu
Sesegar hirupan udara pagi
Betapa indahnya cinta itu
Seindah kasihku padamu
Tiada kata perlu diucap
Cukup sekadar renungan
dan senyumanmu yang menusuk kalbu

Bertemu kita kembali di malam ini
Sekian lama kau menyepi diri
Namun takdir menemukan kita
Tidakkan ku biar perpisahan menjelma
Kehadiranmu memeriahi hidupku
Tidakkan ku biar kau pergi
Tidak dengan selamat tinggal
Hanya ucapan
“ Pasti kita bertemu lagi sayangku”


Bila Tiba Saat

Bila tiba saat aku mulai suka…
Ada rasa mahu lebih mengenali
Sedalamnya ingin aku mengerti
Segalanya ingin aku pastikan
Bahawa kita punya persamaan,
punya kisah suka dan duka,
punya impian yang sama..
Apa yang tersembunyi didalam hati
Yang tak bisa untuk luah bicara..

Bila tiba saat aku mula sayang..
Ingin terus lebih dekat mengenali
Terasa ingin mencambah rindu
Selalu mahu menabur kasih
Selalu mahu berkongsi bersama
saat kisah manis dan duka…
Agar terasa diri lebih menyayangi
Agar terasa diperlukan dan memerlukan..

Bila tiba saat aku sudah jatuh cinta..
Terasa ingin mahu memiliki
Terasa ingin selalu didampingi,
Dihargai dan menghargai..
Setulus ikatan pengikat janji
Semekar kasih penghias bahtera
Seteguh doa melayar impian
Walau sesaat tidak ingin ditinggalkan
Dicampakkan ke tepi..

Tapi, bila tiba saat aku sudah benci..
Suka, sayang, cinta.. terlenyap sudah
Segala tergenggam berkecai hancur
Dunia bahagia terasa kelam
Ikatan janji semakin goyah
Kisah kasih menjadi ngeri
Kepercayaan tiada terlebur sudah.
Walau tak bisa untuk lafazkan
Usah bertanya, mengambil hati
Cukup sekadar aku menyepi..


Sebuah Jalan

Aku tahu, aku akan tersesat lagi
seperti tahun-tahun aku belum mengenalmu
jalanan nampak sama dan aku
tak terbiasa mengingat banyak nama

di jalan ini aku mengenalmu
di jalan ini pula kau belajar meninggalkan
aku menyedarinya dari awal
setiap kali kehilangan, setiap kali menemukan
tapi aku mendapatkan kesedihan di sini
bahkan untuk diriku sendiri
aku terus bergantung padamu

betapa aku takut sendirian
sebab telah banyak aku kehilangan
di setiap simpang, di setiap belok
di mana jalan-jalan bercabang
aku selalu gemetar dan ketakutan
kerna kau sama saja
sering menggoreskan sedikit kenangan
pada tubuhku lalu berebut saling menjauh

di tempat yang ramai ini
orang-orang sibuk dengan nasib sendiri
di sana, di jalanan lain, aku tahu
orang-orang menyambutmu dengan riang
kalau pun aku sampai menyusulmu
meski aku tahu, di tengah kesibukan ini
selalu ada tempat bertanya
aku sudah tak mendapatkan apa-apa
mungkin hanya kata-kata sakit yang bisa kita ingat
sebentuk kekejamanku padamu

di tempat ini
aku tak mengenal apa pun
dan tak berkehendak mengenal apa pun
aku tahu waktu ini akan tiba
akan segera tiba
dan aku sudah lama menyiapkan kemungkinannya
tapi selalu saja tak ada yang siap
ketika sampai di persimpangan

aku tak ingin menangis lagi
mengingatkan kepedihan-kepedihan yang lalu
aku takut tersesat dan tak akan menemukan jalanmu lagi
jalan yang terlalu sibuk
di mana aku merasa begitu kecil dan sendirian