Cinta Itu

Cinta itu hutan
meneduhkan, cantik tapi kadang kita tersesat di dalamnya
Cinta itu matahari
panas membakar tapi ia berguna
Cinta itu hujan
selalu kita berlari agar tak terguyur tapi selalu kita kenang saat kemarau menyerang
cinta itu awan
kadang berarak beriringan kadang hilang tak tahu kemana
cinta itu kamu
kadang menyebalkan tapi juga kurindukan

Buatmu

Puisi ini pasti buatmu
baitnya bicara tentangmu
ceritanya merangkai kisahmu yang kau tebar di langit malam
hurufnya menyusun kata cinta untukmu
terangkai dari huruf-huruf yang terbentuk di hatiku

tentu saja tak perlu ada namamu
disana
Toh, nyatanya puisi untukmu

Namamu

Apa yang kau sebut nama itu adalah kumpulan huruf-huruf yang terpahat pada kertas putih dan menancapkan gemanya hingga jauh ke lubuk hati. Lalu ketika nama itu tersebut membuat hati menjadi berdegup kencang dan hati bergetar.

atau nama yang kamu maksud itu adalah kumpulan rasa yang kita identifikasikan lalu saat ia tak perlu disebut karena menyatu dalam rasa.

yang mana kau sebut nama, antara CINTA dan DIRIMU. Bukankah saat cinta menjelma maka namamu bukan lagi DIRIMU tapi bermetamorfosa menjadi CINTA, sehingga aku cukup memanggilmu CINTA, dan tak perlu lagi memanggil namamu.

Masih

Setiap kali puisi tak tercipta
selalu ada tanya
masihkah cinta itu ada?

Padahal puisi tak selalu kata
puisi bisa menjelma menjadi laku
bahkan walau hanya sekedar tarikan nafas

Puisi adalah semesta luas
tidak tertutup oleh jaring-jaring kata
tidak terpenjara oleh terali-terali makna
puisi itu hidup di hati kita
dan nafasnya selalu menghembuskan cinta

Di Manakah Rindu ?

Sejalan waktu yang kian lalu..
kugapai rindu,
kutunggu selalu… email yang kau janji dulu..
kadang kuharus berebut dengan sang waktu…
tatkala rindu tak terbendung; modemku juga enggan berkompromi
dengan diriku…
dimanakah dirimu..??
kugapai sepi … kunikmati dingin ini sendiri… bersama seonggok rindu
yang menghiburku dengan mimpi..
dimanakah kamu?
Komputer kasihku hiburkan diriku..lumatkan sepi ini dengan game..
kala rindu menggapai kugadaikan dia pada sang waktu..
modemku memberi sinyal tanda sudah tersambung; sayang… dirimu tak kunjung hadir .
pudar mapat jera… beralas kaki berselimut dingin..
beralas rindu…
diriku kering… diatas rindu yang membalutku..
dan bergelut dengan mimpi…
memberiku lebih berarti..
dimanakah dirimu kini…?
yang kutahu… teknologi telah mematahkan semangat merayakan tubuh
tapi menghantarkan roh-roh rindu lewat modem..
aku bahkan tak peduli engkau dimana…
yang penting memberiku segenggam air dan secangkir rindu
kureguk hening kumampatkan sepi…. Kunikmati lagi sang rindu…
memberi bara pada cinta kita..
engkau di antartika, diriku di katulistiwa…itu tak berarti kini..
asal modem dan komputerku menemaniku di sini bersama sang rindu..
dimanakah dirimu?
Aku tak peduli.
Dimanakah rindu?
Itu yang harus ada, agar cinta tetap terjaga