Sungguh, aku tak mengerti, bagaimana caranya mengatakan bahwa aku masih menunggu seseorang itu, seseorang dengan rupa seperti bintang, dan bukannya kau…
pada setiap doktrin yang berkata bahwa manusia hidup berpasangan, aku tak percaya. aku hanya percaya bahwa manusia adalah material yang terjebak sistem. lalu datanglah kau. membuatku labil dengan segala asumsi yang kubuat sendiri. baru kali ini aku mampu menyandarkan logikaku dalam frase: aku cinta. jadi, benarkah kau adalah jawaban itu, kekasihku?
anggaplah aku hanya sekelebat kosong, karena aku bukan jawaban. bukan pula kekasih yang menawarkan pemikiran baru kepada kau.
malaikat kecilku, pendar sinarmu begitu lekat pada sukma gelap yang selama ini menyesatkanku. maka sudikah kau bila kuabadikan dalam sebuah elegi cinta? tanpa nama lain hadir di setiap baitnya. melengkapi rusukku yang hilang, menjadi tongkat bagi kepincanganku, menjadi napas bagi setiap sajak yang tertulis di hari-hari yang membayang rindu akan kau.
anggaplah aku hanya goresan kata yang tanpa makna. bukan pula malaikat kecil yang memberi cahaya. janganlah kau ciptakan sebuah syair untukku.
izinkan aku membalut luka hatimu dengan kasa putih yang dilumuri doa cinta untukmu. lalu ku khitbah kau dengan basmalah, dengan mahar berupa lantunan juz tiga puluh, agar kita menjadi halal, agar separuh dien kita menjadi lengkap. nanti, kau kenakan kerudungmu dengan melati yang membuat kecantikanmu mewarnai hidupku, wahai bidadari surgaku.
aku mohon jangan pedulikan aku. aku bukan bidadari surga. aku hanya perempuan biasa yang masih ingin berdiri di depan altar lain, tanpa bebunga.
dan kenapa kau sungguh-sungguh tidak juga mau mengerti? aku masih akan terus menunggu seseorang itu, seseorang dengan rupa seperti bintang, dan bukannya kau…
0 komentar
Posting Komentar